Minggu, 29 Agustus 2010

Mudik

Setiap akhir bulan Ramadhan orang-orang disibukkan oleh sebuah kegiatan yang bernama mudik. Tak terkecuali saya.
Menyebut kata mudik, bayangan masa kecil menerawang di atas kepala.
Riuh rendahnya atau tepatnya bisingnya suara bedug di masjid yang dipukul tepat jam 12 malam sehabis tadarusan, yang tujuannya membangunkan orang untuk sahur, walaupun kenyataannya belum waktunya. Bahkan kadang-kadang saking gaduhnya menyebabkan pak kyai marah. Hal tersebut masih jelas tergambar di dalam ingatan. Setelah capek memukuli bedug dengan sekuat tenaga lalu pulang untuk makan sahur. Ya, waktu masih jam 1, tidak seperti sekarang waktu sahur dihabiskan sampai imsak. Kemudian kembali lagi ke masjid untuk meneruskan tidur sampai pagi.

Mudik adalah pulang.Pulang ke orang tua. pulang ke saudara sanak famili. Pulang ke kampung halaman. Pulang dengan segenap rindu dendam. Walau di hati ada beban. Tak bisa bahagiakan orang tua, tak bisa berbuat banyak untuk saudara sanak familinya. Tak punya andil bagi kampung halamannya.

Orang tua, saudara sanak famili, kampung halaman adalah tempat di mana kita pulang.
Seperti saat ditanya apa fungsi rumah. Selain jawaban yang sangat normatif menurutku rumah adalah tempat kita pulang.
Orang tua, saudara sanak familì, kampung halaman adalah adalah 'rumah' tempat kita pulang setelah pergi ratusan kilo meter mencari nafkah. Itulah mudik.

Aku juga akan mudik, insya Alloh.

Selasa, 17 Agustus 2010

Kolang kaling si Buah Tajil

Siapa yang tak kenal kolang kaling, cemilan putih transparan yang rasanya kenyal dan segar yang biasa dibuat kolak atau manisan saat bulan Ramadhan.
Kolang kaling adalah buah dari pohon aren (arenga pinnata).
Kolang kaling mengandung kadar air yang sangat tinggi yaitu mencapai 93,8%. Zat gizi yang terkandung pada kolang kaling adalah protein 0,69%, 4 gram karbohidrat, kadar abu sekitar 1 gram, dan serat kasar 0,95 gram.
Karena mengandung karbohidrat maka dapat menimbulkan rasa kenyang, hal ini baik untuk orang yang sedang diet. Selain itu juga membantu proses pencernaan makanan karena mengandung serat.

Di bulan Ramadhan ini permintaan kolang kaling meningkat seperti yang dikatakan oleh pembuatnya di desa Dukuhtengah, Bojong, Tegal ketika kutanyakan mengapa membuatnya hanya saat bulan puasa. Katanya lagi, di lain bulan puasa harganya murah. Harga di tempat pembuatnya hanya Rp 7.000,- sedangkan di pasar mencapai Rp 10.000,-.
Untuk bisa dimakan, biji yang bergetah gatal saat masih mentah ini harus dibakar atau direbus selama 2 jam.

Nah, selamat berbuka puasa dengan kolak kolang kaling.